Minggu, April 12, 2009

Paradigma Kritis dan Kalangan Intelektual Muda Sebuah Misi Gerakan Iluminasi Kaum Zion dan Freemason

Paradigma kritis seperti imunisasi yang merasuk pada setiap butir darah. Mengalir dan menciptakan sendiri sistemnya di dalam tubuh generasi muda. Kemunculan paradigma kritis telah berhasil mengacak-acak ilmu sosial dengan menelaah kembali struktur sosial dalam upaya mengungkap ilusi yang dinampakkan dunia materi, dengan tujuan membantu membentuk kesadaran sosial agar memperbaiki dan merubah kondisi kehidupan manusia. Terbentuknya kelompok-kelompok diskusi dan kalangan intelektual muda menjadi pertanda tumbuh suburnya paradigma kritis. Isu-isu sosial yang aktual pun menjadi daging segar bagi taring penuh liur para pemikir kritis, sebut saja hak asasi manusia, persamaan hak wanita dan laki-laki (bias gender), serta berbagai bentuk penindasan termasuk yang bekerja pada sistem budaya. Semua topik jelas merupakan pola yang jika ditarik garis lurus akan mengerucut pada satu titik temu yaitu kebebasan dan kemanusiaan (freedom and humanity).


Hal ini berubah menjadi paranoid bagi tokoh-tokoh dakwah agama, bahwa kemajuan ilmu pengetahuan hanyalah topeng belaka, paradigma kritis sejatinya menjadi sebuah media iluminasi yang luar biasa dalam pencapaian cita-cita luhur kaum zionis dan kalangan freemason. Iluminasi bagi kaum zionis dipandang sebagai pencerahan (enlightment) dan gerakan Iluminasi merupakan organisasi rahasia yang ingin mewujudkan dunia baru yang bebas dari segala dogma dan tirani agama. Dengan penerapan multidimensi, paradigma kritis yang mengedepankan sisi kemanusiaan semakin menggerogoti seluruh aspek kehidupan. Paradigma kritis memiliki pemikiran dasar yang sejalan dengan misi gerakan Iluminasi yaitu ‘Satu Dunia Baru’ (Novus Ordo Seclorum).


Perlu diketahui bahwa inti ajaran Iluminasi memberikan penafsiran baru tentang setan. Mereka menganggap bahwa setan adalah malaikat yang jatuh dari surga dan sengaja dibumikan, yaitu untuk menebus dosanya dengan cara menjadi penyelamat bagi umat manusia dari kepalsuan agama. Pandangan tentang setan sebagai mahluk yang menyesatkan adalah salah. Justru setan dianggap sebagai simbol keberanian, keterbukaan, dan rasa tanggung jawab. Setan adalah sosok malaikat yang berani mengambil resiko dalam rangka memberikan pelajaran demokrasi kepada manusia. Setan telah menjadi ‘Bapak Demokrasi’ dan Bapak Kebebasan’ yang memberikan semangat paling orisinal dalam memperjuangkan demokrasi dan kebebasan.


Pandangan hidup yang bertumpu pada kekuatan, kebijaksanaan, kemanusiaan, dan cinta ini telah melahirkan sederetan nama tokoh-tokoh dunia di berbagai bidang, seperti Karl Marx (tokoh komunis) yang menulis Manifesto Komunis dipandu dan diarahkan oleh satu grup tingkat atas dari Iluminasi, Friedrich W. Nietzsche seorang filsuf Yahudi warga negara Jerman yang juga anggota tingkat ke-33 Freemason yang menjelaskan satu bentuk wujud manusia unggul (Ubermensch). Menurutnya, manusia memiliki roh tuhan yang berasal dari surga dan bersifat bebas. Manusia harus membebaskan dirinya dari segala ikatan bila ingin menjadi manusia yang suci seperti awal penciptaannya. Dalam hal ini termasuk tirani agama. Bagi kaum Iluminasi, tidak ada tuhan kecuali manusia itu sendiri – There is no God but Man.


Pada sejarah perkembangannya, gerakan Iluminasi menyerang aspek ekonomi global dengan merasuki tingkatan penting organisasi ekonomi internasional. Terbukti dengan terwujudnya cita-cita luhur mereka (Novus Ordo Seclorum) yaitu pengakuan pada mata uang yang bersifat sentral, 1 Dollar Amerika. Simbol-simbol falsafah Iluminasi pun sarat pada mata uang satu dollar Amerika, dan bukan pecahan 10 atau 100 Dolar. Hal ini merupakan penekanan bahwa simbol satu menjadi kekuatan Novus Ordo Seclorum. Perkembangan ekonomi pada akhirnya akan memberikan dukungan yang besar bagi kemajuan teknologi dan informasi. Hal ini pun menjadi perwujudan cita-cita Iluminasi dengan kemudahan berhubungan antar negara yang berarti semakin menghilangnya batas-batas negara untuk menjadi Satu Dunia Baru. Salah satu pertandanya adalah slogan ‘global village’ yang semakin mendengung di kalangan pemikir kritis.


Paradigma kritis menjadi salah satu produk fundamental kaum zionis dan kalangan freemason. Gerakan Iluminasi telah memperkenalkan satu metode berpikir yang bebas nilai. Menurut pemikiran mereka, manusia tidak pernah akan mencapai puncak kebenaran, kecuali manusia membebaskan dirinya dari segala dogma agama. Metode Iluminasi ini sungguh luar biasa ampuh karena menawarkan berbagai argumentasi rasional agar manusia bebas dari keimanan agama yang mereka jalani sejak kecil. Iluminasi telah memperkenalkan berbagai falsafah yang bersandar pada matrialisme, perkembangan nilai kemanusiaan, kebebasan, dan akhirnya menawarkan suatu paham baru yang disebut dengan Unitarian Universalist.


Para pemikir gerakan Iluminasi tidak pernah berhenti mencari isu-isu sosial yang bersifat aktual, seperti isu penguasaan materi dan penindasaan akan menjadi sebuah pemikiran yang pada akhirnya mencengkeram kehidupan manusia dengan melekatkan berbagai sisi yang bersifat materi dan menjauhkan hal-hal yang bersifat gaib seperti dalam ajaran agama, persamaan hak laki-laki dan perempuan (bias gender) pun telah melayangkan pola pikir dengan pendekatan nilai-nilai kemanusiaan dan pengaturan nilai sosial berdasarkan rasional sehingga akan membenturkan diri pada dogma dan ajaran agama, pada akhirnya penentuan peran laki-laki dan wanita mulai terurai menurut rasionalitas nilai kemanusiaan. Kebebasan bagi kaum lesbian dan gay (homosex) juga menjadi isu penting yang melihat manusia memiliki kekuasaan dan kebebasan tanpa harus terganggu untuk menentukkan gender mereka yang jelas-jelas hal ini melanggar ajaran agama. Pola pikir bebas yang merasuk dalam paradima kritis akan terus memberikan perlindungan yang sebesar-besarnya bagi kaum lesbian dan gay (homosex) sebagai bentuk pengakuan atas kebebasan dan kuasa kemanusiaan.


Pola pikir bebas (freethinking) dan paradigma kritis yang dikembangkan oleh gerakan Iluminasi jelas sangat ditujukan kepada generasi muda. Hal ini berorientasi pada pembentukkan kalangan intelektual muda yang akan semakin menjauhi dogma agama. Proses pewarisan keimanan dan kepercayaan agama pun akan terus menyusut. Hingga di kemudian hari, tirani agama menjadi hilang seutuhnya dan tak tersentuh lagi. Hal inilah momentum gerakan Iluminasi dalam pencapaian cita-cita luhur kaum zionis dan kalangan freemason, Satu Dunia Baru (Novus Ordo Seclorum) dalam satu pemerintahan bangsa yang bersandar pada nilai matrialisme, perkembangan nilai kemanusiaan, dan kebebasan. (arz)


Sumber :

Ad Dajjal dan Simbol Setan – Totok Asmara

Paradigma dalam Ilmu-ilmu Sosial dan Metodologi Penelitian – Deddy N. Hidayat

Asumsi dasar penulis sangat mempengeruhi isi tulisan ini

1 komentar: